Masalah yang terus mendapat perhatian dari pemerintah adalah masalah inflasi.
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat.
Awalnya Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan pendapatan tinggi yang selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.Pengeluaran ini dapat menimbulkan inflasi.
Ada kalanya tingkat inflasi meningkat tiba-tiba atau wujud akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspentasi pemerintah . misalnya efek dari pengurangan nilai uang yang sangat besar atau ketidakstabilan politik.Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan untuk mengatasi masalah inflasi yang bertambah cepat tingkatnya.Contohnya seperti pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
contoh :
Inflasi pada 154b 2010 di Jawa Barat diduga melampaui target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sebesar 6%, karena masih tingginya potensi kenaikan harga hingga akhir tahun.

Bahkan laju inflasi Jabar pada 2010 berpeluang me­nembus 7%, karena akan adanya pe­ningkatan permintaan menjelang perayaan hari raya Idul­adha, Natal, dan Tahun Baru.
Ayi Tejaningrum, ekonom dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung, mengatakan kenaik­an permintaan itu terjadi pada saat pasokan cenderung menurun, karena produksi berbagai komoditas terganggu akibat cuaca yang tidak menentu.
“Secara umum, permintaan dari masyarakat sebenarnya mulai menurun. Tetapi karena pasokan terganggu, harga beberapa kebutuhan pokok masyarakat sulit turun,” katanya kepada Bisnis, kemarin.
Dia mengkhawatirkan banyak pihak yang akan memanfaatkan kondisi cuaca seperti sekarang, misalnya dengan menimbun barang untuk mempermainkan harga.
Menurut dia, pemerintah masih memiliki waktu pada kuartal ter­akhir 2010 untuk mengendalikan laju inflasi hingga maksimal 6% dengan segera menstabilkan harga-harga.
Sekretaris Forum Komunikasi Pe­ngen­dali Inflasi Daerah (FKPID) Jabar N. Tigor Sinaga mengatakan inflasi hingga akhir tahun diduga mencapai batas atas target 5%+1, atau 6%.
“Memang ada dugaan inflasi sedikit di atas batas yang ditentukan. Tekanan peningkatan inflasi diduga terjadi pada Iduladha dan tahun baru,” katanya.
Namun, tekanan inflasi pada dua hari besar itu tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan menjelang Lebaran.
Tigor menyatakan inflasi yang timbul akibat kebijakan pemerintah (administered price) tidak terasa lagi, seperti penaikan tarif dasar listrik.
Kontribusi besar
Di sisi lain, lanjut dia, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang tergabung dalam tim terus berkoordinasi untuk meminimalisasi dampak kenaikan harga kebutuhan pokok yang berkontribusi besar terhadap inflasi.
Setiap SKPD, kata dia, sudah memiliki agenda guna menekan kenaik­an harga hingga akhir tahun nanti. “Koordinasi antaranggota FKPID Jabar sudah terbentuk, sehingga tinggal menjalankan fungsi masing-masing,” katanya.
Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Jabar Oo Sutisna mengatakan anomali iklim yang terjadi diperkirakan bisa menyebabkan kenaikan harga komoditas karena produksi pertanian terganggu.
Menurut dia, tingginya curah hujan bisa menyebabkan gagal tanam atau gagal panen akibat banjir dan serangan hama penyakit yang merajalela, terutama untuk komoditas padi.
“Saat ini harga beras di beberapa wilayah di Jabar mulai naik. Kondisi ini harus diantisipasi lebih serius karena anomali iklim masih mungkin terjadi hingga akhir tahun. Ancaman kenaikan harga juga rentan terjadi pada komoditas sayuran.”
Menurut dia, peran pemerintah dalam pengendalian produksi pertanian harus lebih ditingkatkan, karena petani menjadi pihak yang paling dirugikan akibat penurunan pendapatan seiring berkurangnya produktivitas lahan.
“Pemerintah harus segera menyosialisasikan dan mengimplementasikan teknologi tepat guna yang mudah dan murah untuk menyelamatkan produksi pertanian,” katanya.
Badan Pusat Statistik Jabar memperkirakan laju inflasi Jabar pada tahun ini menembus 6,6%, atau melampaui target yang ditetapkan pemerintah pusat.
Kabid Statistik Distribusi BPS Jabar Anggoro Dwitjahyono mengemukakan menjelang akhir tahun ini, terdapat dua momen yang mampu memicu inflasi yaitu perayaan Iduladha, Natal, dan Tahun Baru.
Bila rata-rata inflasi bulanan pada Oktober—Desember mencapai 0,5%, maka laju inflasi tahunan (Januari-Desember) mencapai 6,6%.
“Itu artinya [kalau mencapai 6,6%], inflasi di Jabar melampaui target pemerintah pusat yang mematok laju inflasi 2010 sebesar 6%.”
Sementara itu, inflasi di Jabar per September 2010 tercatat 0,28%, lebih rendah dari inflasi nasional 0,44%.
Anggoro mengemukakan inflasi September terdorong oleh inflasi pada sektor sandang 0,64%, makanan jadi 0,55%, transportasi 0,40%, dan bahan makanan 0,31%.
Menurut dia, laju inflasi pada September ini cukup tertekan akibat tren penurunan harga seusai Ramadan dan Idulfitri.

0 komentar:

Posting Komentar

Gunadarma

Follower